Rabu, 29 September 2010

Makna Penderitaan Dalam Iman Kristen

Ayub 1-2
            Ada satu fakta  yang sering terjadi dan bahkan pernah kita lihat, kita dengar  di sekitar kita dan terkadang kita alami di dalam kehidupan sendiri yaitu seringkali orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan tetapi malah hidup dengan berbagai macam penderitaan. Dengan fenomena ini wajar jika bertanya mengapa Tuhan membiarkan anak-anakNya menderita. Bukankah Allah Mahakuasa, Mahatahu, dan Maha segala-galanya. Tetapi mengapa Tuhan diam dan seolah-olah tidak berbuat apa-apa. Jika kita melihat di dalam Alkitab pun banyak anak-anak Tuhan yang menderita orang-orang Kristen di masa gereja mula-mula setiap hari diperhadapkan dengan maut, bahkan sepanjang perjalanan sejarah gereja ribuan anak-anak Tuhan selalu penuh dengan penderitaan. Benarkah Tuhan diam dan tidak peduli serta membiarkan anak-anakNya menderita? Menjawab pertanyaan ini mari kita mendalami kehidupan seorang tokoh Alkitab yang sangat terkenal yaitu Ayub.
Siapakah Ayub?
            Untuk mengetahui siapakah Ayub mari kita kehidupannya dari beberapa sisi sehingga kita mendapat gambaran yang jelas dan gamblang.  
Segi Sosial. Ayub adalah orang yang sangat saleh, jujur serta ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Dari catatan Alkitab kita tidak mendapat cacat dari kehidupan Ayub. Saya berani menyimpulkan kalau Ayub juga seorang yang sangat dermawan, karena ia mempunyai banyak budak dan sejumlah pekerja. Secara logika kita berpikir jika seseorang yang mempunyai banyak usaha dan banyak orang yang mau menjadi pekerjanya itu karena bosnya baik dan mungkin setiap bulan diberi bonus-bonus istimewa. Mungkin saja dia juga seorang donator yang sering member sumbangan-sumbangan yang tidak sedikit jumlahnya.
Segi harta. Ayub adalah seorang yang sangat kaya di daerah Us. Ia mempunyai  memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:3). Tidak salah jika memberi dia julukan konglomerat pada zaman itu. Jika bandingkan dengan kehidupan beberapa orang sekarang, ada orang yang kaya karena korupsi dan ini marak terjadi di Indonesia. Sebut saja Gayus Tambunan yang mempunyai harta sebanyak 77 milyar dari hasil korupsinya.
Segi  Rohani. Ayub hidup di dalam kerohanian yang sangat kuat. Ini terbukti dari caranya yang selalu mempersembahkan korban kepada Allah. Ia menjalankan fungsi imam dari satu keluarga dengan tanpa cacat cela. Setiap hari ia selalu berdoa kepada Allah dan terus meminta pengampunan dan pengudusan untuk semua keluarganya. Karena ia takut jika anak-anaknya melakukan dosa, itulah sebabnya ia sendiri dengan penuh kerendahan hati dating kepada Tuhan.
Segi keluarga. Dari segi keluarga Ayub juga diberkati dengan  tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan (Ayub 1:2). Dari jaman dahulu sampai sekarang kehadiran anak di tengah keluarga sangat penting. Karena anak adalah lambang dari berkat Tuhan atas satu keluarga. Nah Ayub sungguh sangat diberkati  bukan? Banyak keluarga sekarang yang bercerai karena tidak bisa mempunyai keturunan. Banyak kasus perselingkuhan terjadi juga karena tidak bisa mempunyai keturunan.
            Dari keterangan di atas Ayub nyaris menjadi manusia yang tanpa kekurangan. Sungguh bahagia jika hidup seperti Ayub. Namun apa yang Ayub alami ternyata sangat diluar dugaan kita. Ia ditimpa musibah beruntun. Mari kita lihat satu-persatu musibah yang menimpa hidupnya.

Musibah pertama, para gembala Ayub diserang oleh orang-orang Syeba (Ayub 1:15). Orang-orang Syeba tidak hanya membunuh para gembala tetapi juga menjarah ternak yang sedang mereka gembalakan.
Musibah kedua, gembala dan ternaknya disambar api dari langit (Ayub 1:16). Ini merupakan peristiwa yang sangat mengerikan yang pernah saya baca.
Musibah ketiga, orang-orang Kasdim menyerang dan membunuh para gembala dan menjarah semua ternak yang sedang mereka gembalan (Ayub 1:17).
Musibah keempat, anak-anak Ayub yang sedang berpesta diterpa angin puting beliung yang menhancurkan rumah mereka dan lebih tragis lagi mereka meninggal tertimpa reruntuhan rumah (Ayub 1:19).
Musibah kelima, Ayub terkena penyakit kulit yang sangat kronis sehingga dari kaki sampai kepalanya membusuk (Ayub 2:7).
Musibah keenam, Ayub diejek dan disuruh untuk menyangkal Tuhan bahkan mungkin saja ditinggalkan oleh istrinya (Ayub 2:9). Sayang sungguh sayang   istrinya  adalah orang sangat dekat dan harus memberikan dukungan dan semangat tetapi malah membuat Ayub semakin tertekan.
            Ayub yang begitu kaya, tiba-tiba menjadi miskin dan kehabisan harta benda dan anak-anaknya hanya dalam kurun waktu beberepa jam. Jika Ayub adalah seorang pengidap penyakit jantung saya yakin waktu mendengar setiap demi laporan yang isinya adalah kabar duka secara beruntun Ayub pasti terkena serangan jantung dan pada akhirnya meninggal di tempat. Seandainya Ayub adalah seorang yang mengidap hipertensi saya setelah mendengar kabar itu, dia tidak akan jauh dari strok. Jika orang yang selalu kuatir, dia mungkin saja pingsan di tempat. Saudara jika kita mengalami musibah beruntun seperti yang terjadi menimpa Ayub apakah reaksi kita?? Mungkin tidak jauh-jauh dari yang saya di atas. Jantungan, strok, pingsan, atau bahkan meninggal. Saudara tentu kita masih ingat dengan satu peristiwa yang menggemparkan di beberapa tahun yang lalu di Amerika Serikat tepatnya waktu krisis global. Seorang pria  membunuh istri dan lima anaknya sebelum menembak kepalanya sendiri. Aksi itu diduga akibat si pria tidak sanggup menahan beban ekonomi yang teramat berat. Pembunuhan keluarga itu terjadi di sebuah rumah di Wilmington, kawasan pinggiran Los Angeles, California, Selasa (27/1). Pria yang teridentifikasi sebagai Irvine Lupo itu diduga lebih dulu menembak istri lalu secara bergiliran kelima anaknya. Terakhir, Lupo melesakkan peluru ke kepalanya. Lupo mengaku, ia dan istrinya baru saja dipecat dari pekerjaan teknisi kesehatan. Disebutkan juga, perempuan itu menyarankan agar membunuh anak-anak mereka lalu bunuh diri. “Mengapa harus meninggalkan anak-anak dengan orang asing? Kami menganggur dan anak-anak di bawah delapan tahun tidak punya tempat tinggal. Jadi inilah kami. Oh Tuhanku, tidak adakah harapan bagi anak janda?” Selain pasangan suami istri itu, polisi menemukan dua bocah laki-laki kembar berusia 2 tahun, gadis 5 tahun kembar, dan seorang gadis 8 tahun. Saudara kita melihat bahwa betapa mengerikannya rekasi seseorang yang kehilangan harapan pada saat mengahadapi masalah hidup.
Melihat respon Ayub yang langsung mengoyakkan jubahnya dan sujud berlutut di hadapan Tuhan lalu menyadari bahwa semua yang dia punya berasal dari Tuhan  dan bahkan ia memuji Tuhan ini sungguh merupakan satu teladan hidup yang sangat sangat indah. Sebagai orang yang dekat dengan Tuhan dan setia beribadah dan selalu senantiasa menyembah Allah dalam hidupnya itulah yang membuat Ayub tidak ragu memuji Tuhan dan selalu berpikiran positif. Bagaimana dengan kita?
            Dibalik semua penderitaan yang Ayub alami memberikan kita pelajaran tentang penderitaan. Kita semua pasti mengamini bahwa Tuhan pasti merancang kebaikan di dalam hidup kita. Walau kadang banyak hal tidak kita mengerti, dalam banyak hal kesulitan, tantangan, musibah, kegagalan dan lain sebagainya kita tahu bahwa itu semua berada di dalam kendali Tuhan. Kembali ke hidup Ayub mari kita makna dari penderitaan yang Ayub alami.

Arti dari penderitaan adalah seperti berikut:
1.      Penderitaan dipakai Allah untuk menguji iman.
            Sebagai seorang anak Tuhan yang sangat taat beribadah dan menyembah Tuhan iman Ayub perlu ujian. Selama hidupnya Ayub tidak pernah mengalami tantangan dan masalah dari mana pun. Ini terjadi karena Tuhan selalu menyertai dan memberkati setiap hal yang Ayub kerjakan. Lebih dari itu semua, karena juga selalu mengedepan sikap hidup yang jujur. Sehingga tidak heran usahanya maju pesat. Di dalam kondisi yang serba aman, hidup enak, usahanya diberkati dan nyaris semua hal yang dijalaninya berjalan dengan baik rasanya tidak terlalu sulit untuk hidup di dalam ucapan syukur dan terus setia kepada Tuhan. Karena tidak ada yang membuat Ayub meragukan kuasa Tuhan. Nah iman itu sekarang diuji dengan penderitaan. Kita dapat melihat bahwa semua yang Ayub punyai hilang dalam waktu sekejap mata.
            Dengan semua musibah yang dialaminya itu, kita tahu bahwa Ayub tetap setia kepada Tuhan. Rasanya tidak jika menyebut Ayub berhasil dengan baik melewati ujian terhadap imannya. Terbukti ia tetap memuji Tuhan dan menyadari bahwa semua yang ia miliki adalah semata-mata titipan dari Tuhan. Sehingga kapan saja Tuhan mau mengambilnya Ayub sudah mempersiapkan mentalnya.
 Saudara kisah Ayub ini memberikan kita pelajaran penting bahwa  Tuhan selalu ingin menguji kualitas iman kita.  Ujian yang dipakai Tuhan bermacam-macam. Pertama kita melihat bagaimana Allah menguji iman Ayub dengan harta, kesuksesan dan rasa aman. Jika melihat sekarang beberapa orang tertentu ketika melihat usahanya maju pesat terkadang lupa dengan kebaikan Tuhan sehingga waktunya dihabiskan untuk mengurus harta dan yang paling parah lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Karena setiap hari sibuk dengan berbagai macam urusan dan bisnis. itulah sebabnya sering kita mendengar dan menyaksikan sendiri bahwa dering hp lebih penting dari firman Tuhan yang sedang diberitakan. Tidak sedikit orang yang menjadi  kaya kemudian merasa hidupnya tidak membutuhkan Tuhan. Ayub ternyata bukan orang yang gila harta, ia tetap sadar bahwa Tuhan adalah segala-galanya, jauh di atas kekayaannya. Bagaimana dengan kita? Ketika hidup kita aman, nyaman, dan nyaris semua hal yang kita kerjakan sukses. Mampukah kita untuk tetap setia mengikut Tuhan atau justru kita mulai mengesampingkan Tuhan?
Kedua Allah kemudian menguji iman Ayub dengan mendatangkan malapetaka dan musibah beruntun seperti yang sudah kita lihat pembahasan sebelumnya.  Dengan musibah yang dialaminya apakah Ayub meninggalkan Tuhan? Tidak. Tidak sama sekali. Ayub justru menyembah Tuhan dengan sikap sujud. Di dalam penderitaan yang dialaminya iman Ayub tidak goyah. Banyak orang mampu bertahan ketika dicoba dengan segala macam kesuksesan, kemewahan dan juga rasa aman, tetapi yang mampu bertahan dengan kondisi sulit sangat sedikit. Hanya orang yang dekat dengan Tuhan yang sungguh dapat mempercayakan hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Saudara tentu kita masih ingat dengan satu peristiwa yang sangat tragis terjadi di Amerika Serikat di awal krisis global sekitar 2 tahun yang lalu. Seorang bapak yang dipecat dari pekerjaannya membunuh anaknya, istrinya, kemudian ia bunuh diri. Mengapa ini terjadi? Karena pria tersebut tidak mampu menghadapi kenyataan ia harus dipecat dari pekerjaannya. Pikirannya sempit, dipecat dari pekerjaan, dia piker tamatlah sudah semuanya. Dia tidak menggantungkan hidupnya kepada Tuhan. Itulah sebabnya ia tidak memiliki harapan akan haris esok. Sangat menyedihkan nasib orang-orang yang seperti ini. Pekerjaan menjadi segala-galanya, sehingga ketika pekerjaan hilang ia pun putus asa dan menyerah untuk menjalani hidup. Ia lupa dengan Tuhan yang penuh kuasa. Mari kita memahami bahwa Allah menguji iman kita tidak hanya dengan kekayaan, kemakmuran, dan rasa aman serta hidup penuh dengan berkat tetapi juga dengan penderitaan dengan demikian kita tetap teguh di dalam iman percaya kita kepada Tuhan Yesus yang kita sembah.

2. Penderitaan dipakai Allah untuk mempermalukan iblis.
            Satu hal yang harus kita sadari ketika membaca kisah Ayub bahwa iblis ternyata dipakai Allah untuk mendatangkan penderitaan Allah. Pekerjaan iblis selalu mendatangkan berbagai macam penderitaan bagi manusia. Iblis mendustai manusia, mendakwa manusia dengan dosa, mendiami, dan merasuki seseorang inilah yangs sering ditemui oleh Yesus semasa pelayananNya di bumi. Di dalam kisah Ayub ini waktu terjadi dialog antara iblis dengan Allah, menurut iblis Ayub menjadi orang yang setia karena pertolongan Tuhan dalam beberapa hal seperti berikut:
Pertama, rasa aman (Ayub 1:10). Di dalam pandangan iblis adalah wajar jika Ayub teguh beriman kepada Tuhan, karena Tuhan yang melindungi dan memagari rumahnya dari berbagai macam marabahaya. Ayub dapat hidup dengan tenang, aman, dan tanpa gangguan apa pun dari pihak luar. Iblis meminta kepada Tuhan untuk tidak lagi memberikan rasa aman, maka Ayub akan meninggalkan Tuhan.
Kedua, berkat di dalam pekerjaan (Ayub 1:10). Argumentasi kedua dari iblis yaitu Ayub bertahan dan setia kepada Tuhan karena hidup dan pekerjaannya diberkati oleh Tuhan. Dengan kata lain jika Tuhan  tidak memberkati hidupnya, Ayub tidak akan menyembah Tuhan.
            Dengan kedua alasan itu, iblis kemudian meminta Tuhan untuk mencabut berkatNya dari kehidupan Ayub dan tidak lagi memberi perlindungan maka Ayub pasti akan meninggalkan Tuhan. Kita  melihat bahwa ternyata iblis selalu berusaha untuk menjatuhkan iman dari setiap anak-anak Tuhan.  Akihrnya kita melihat bahwa Tuhan kemudian mengijinkan iblis menjalankan rencananya untuk mendatangkan penderitaan bagi Ayub. Tetapi satu hal yang harus kita pegang teguh bahwa iblis sama sekali tidak berkuasa atas nyawa Ayub. Apa yang diperbuat iblis di dalam hidup Ayub terjadi karena ijin Tuhan. Sepintas kita melihat bahwa iblis sukses menghancurkan semua yang Ayub miliki yaitu harta dan keluarga serta tubuh Ayub sendiri. Di dalam kejadian ini kita melihat bahwa Tuhan memakai iblis untuk menguji iman Ayub. Itu berarti semua kekuasaan ada di tangan Tuhan. Termasuk pekerjaan setan pun dikendalikan oleh Tuhan. Pada akhirnya apa yang disampaikan oleh iblis tidak terjadi. Setelah iblis menghancurkan kehidupan Ayub, Ayub ternyata tetap memegang iman percayanya kepada Tuhan. Ini dapat kita lihat dari sikap Ayub pada bagian berikut “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut” (Ayub 1:20-22).
            Kemenangan ada dipihak anak Tuhan yang tetap setia sekali pun hidupnya hancur, sekalipun secara manusia sangat menderita, sekali pun semua yang dipunyainya hilang dengan cara yang sangat menyakitkan. Allah kemudian mempermalukan iblis dengan menunjukkan bahwa  Ayub tetap tegar dan terus berdiri teguh di dalam imannya. Saudara ingat bahwa Tuhan berpihak kepada anak-anakNya dan tidak membiarkan iman kita digoyahkan oleh pekerjaan iblis. Di dalam penderitaan yang kita alami,kita tetap setia kepada Tuhan, maka iblis dipermalukan.

3. Penderitaan dipakai Allah untuk menyatakan kuasaNya.
            Prinsip kebenaran berikutnya adalah di dalam penderitaan yang Ayub alami justru kuasa dan pemeliharaan Allah semakin nyata. Ingat bahwa iblis hanya dapat menghancurkan hal-hal yang lahiriah tetapi tidak dapat mengganggu iman dan nyawa yang diberikan Allah. Di dalam penderitaan yang Ayub alami, nyawa dan keselamatan Ayub sama sekali tidak terancam, tetapi semakin aman di dalam perlindungan Allah. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh rasul Paulus di dalam Roma 8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
            Hidup di dalam Tuhan berarti kita berjalan di dalam anugrah berlimpah. Walau pun kita menderita oleh berbagai macam hal tetapi Allah tidak membiarkan kita melangkah sendirian. Semakin kita menderita maka semakin kuasa Allah menjadi sangat nyata kita rasakan. Allah tidak meninggalkan Ayub sendirian. Ia hadir, Ia menopang, Ia menguatkan bahkan senantiasa menghibur.  Saya yakin kita semua pernah diperhadapkan dengan berbagai macam masalah dan penderitaan, bukankah di saat-saat seperti itu kita benar-benar merasakan bahwa Tuhan itu sungguh teramat baik dan selalu hadir di hidup kita. Allah mempunyai ribuan cara untuk menolong dan memelihara hidup kita. Mari bersikap seperti Ayub ketika menghadapi permasalahan, terus memuji Tuhan, hidup di dalam ucapan syukur dan selalu punya keyakinan bahwa kehendak dan cara kerja  Tuhan adalah yang terbaik bagi hidup kita.

Waktu Tuhan

(Yohanes 2:1-11)
Setiap kita pasti pernah menghadapi suatu permasalahan di dalam kehidupan kita. Adakalanya permasalahan tersebut terkadang mengancam karier dan bahkan hidup kita. Saat berada di dalam kondisi yang demikian pasti kita berusaha untuk mencari solusi yang cepat dan tepat. Hal seperti ini juga pernah terjadi pada saat Tuhan Yesus menghadiri perkawinan di Kana. Para pelayan kebingungan karena persediaan anggur sudah hampir habis. Dan hal itu sungguh menjadi masalah yang besar,karna pesta masih berlangsung lama tetapi anggur semakin berkurang. Menghadapi situasi yang demikian, Maria dan para pelayan segera bertindak. Apa tindakan mereka?
Pribadi Maria ibu Tuhan Yesus
Peka dengan masalah yang terjadi. Keberadaan anggur di dalam budaya orang Yahudi sangat2 penting. Jika keluarga yang mengadakan pesta, tetapi tidka menghidangkan anggur maka itu sama artinya pesta itu tidak sah.oleh sebab itu jika anggur habis maka itu akan sangat mempermalukan tuan rumah dan kemungkinan besar pesta perkawinan itu akan bubar. Hadirnya Maria di dalam pesta perkawinan yang sedang berlangsung itu hanya sebagai undangan. Tetapi ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Maria merupakan kerabat pengantin. Alasannya ketika melihat anggur hampir habis sementara pesta baru memasuki hari ketiga, Maria dengan tanggap memahami masalah itu. Jika kehabisan anggur sementara pesta masih berlangsung maka sudah pasti akan sangat mempermalukan tuan rumah. Terlepas dari berbagai penafsiran tersebut 1 hal yang kita pahami adalah Maria seorang yang sangat peka. .
Membawa setiap masalah kepada Tuhan Yesus (ay 3). Di tengah masalah yang sedang terjadi itu, Maria tahu kemana ia akan mengadu. Oleh karena itu ia dengan segera menemui Tuhan Yesus dan memberitahukan masalah yang sedang terjadi. Tuhan Yesus memang belum pernah membuat mujizat, tetapi maria tahu persis siapa Tuhan Yesus. Pada waktu ia mulai melihat keistimewaan yang ada di dalam diri anaknya itu, ia hanya menyimpan semua itu di dalam hatinya. Maria tahu jika Yesus adalah Tuhan yang menjadi manusia, Tuhan yang mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Sekalipun Tuhan Yesus memberikan jawaban yang mungkin tidak sesuai harapannya tetapi ia mempunyai keyakinan kalau masalah tersebut dapat dengan mudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus.
Saudara kehidupan kita tidak pernah terlepas dari setiap masalah yang beraneka ragam. Ada di antara kita yang bergumul dengan sakit penyakit yang tak kunjung sembuh, keluarga yang tidak rukun, ekonomi yang semakin berat oleh karena naiknya kebutuhan hidup, masalah membesarkan anak bagi yang sudah berkeluarga, masalah di lingkungan pekerjaan, dan masalah2 lain. Saat menghadapi msalah tersebut langkah pertama yang harus kita lakukan adalah meniru perbuatan Maria yaitu dengan segera membawanya ke hadapan Tuhan. Saudara ketika kita menghadapi masalah sudahkah kita datang kepada Tuhan Yesus dan meminta Dia menolong kita??

Pribadi para pelayan
Mentaati pesan Maria. Ketika Maria selesai berbicara dengan Tuhan Yesus, ia kemudian berpesan kepada para pelayan yang bertugas menghidangkan anggur di acara pesta perkawinan itu supaya mereka mentaati apapun yang menjadi perintah Tuhan. Para pelayan biasanya adalah hamba dari tuan yang empunya pesta. Salah satu kewajiban seorang hamba adalah mentaati perintah tuan atau siapa pun menjadi atasannya. Itulah sebabnya mereka tanpa banyak pertanyaan, mereka taat pada perintah Maria. Gergo Washington adalah presiden pertama Amerika serikat. Sebelum dia menjadi presiden dia adalah seorang tentara. Dialah yang memimpin pasukan Amerika mengalahkan pasukan Inggris yang pada waktu itu menjajah Amerika. Pertempuran itu dimenangkan oleh George Washington, keberhasilannya mengalahkan Inggris membuat ia kemudian diangkat menjadi presiden pertama Amerika Serikat. Di malam pelantikannya ibunya diwawancarai oleh beberapa orang wartawan. Mereka bertanya apa yang diajarkan oleh si ibu kepada Washington, ibunya kemudian menjawab bahwa ada banyak hal yang ajarkan, tetapi ada satu hal yang selalu ibunya yaitu ketaatan.
Mentaati perintah Tuhan Yesus (ay 7-8). Jawaban Tuhan Yesus ternyata sangat membingungkan para pelayan yang ada. Mereka disuruh untuk mengisi tempayan yang tersedia sebagai tempat pembasuhan dengan air. Belum habis rasa bingung mereka, sekarang mereka disuruh untuk mencedoknya dan kemudian menghidangkannya di acara pesta. Jika seandainya mereka menipu para tamu pesta dengan air sebagai pengganti anggur maka nyawa merekalah yang menjadi taruhannya. Tetapi satu hal yang mereka terus lakukan adalah taat. Cara kerja Tuhan terkadang sangat sulit untuk kita pahami. Seringkali Tuhan menyuruh kita untuk melakukan hal yang sangat tidak mungkin. Bahkan tidak jarang kita juga dibawa ke dalam situasi yang membuat kita akhirnya benar2 tidak mengerti. Tetapi satu yang Tuhan sedang ajarkan melalui jalanNya yang tidak mengerti yaitu ketaatan. Hal inilah yang pernah dialami oleh Abraham ketika pertama kali Tuhan memanggil dan menyuruhnya untuk pergi ke tempat yang ia sendiri tidak tahu. Demikian pula dengan Nuh ketika ia disuruh untuk membuat bahtera di atas puncak gunung. Kita sudah lama menjadi orang Kristen, dan saya yakin setiap kita juga mempunyai pengalaman tentang ketaatan ketika melangkah di dalam jalan Tuhan. Saya mau katakana bahwa sekalipun kita melihat dan merasa apa yang Tuhan perintahkan bertentangan dengan akal dan pikiran kita, taatilah itu karena Tuhan sendiri akan memimpin kita untuk mengerti jalanNya.
Pribadi Tuhan Yesus
Mempunyai waktu untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Ketika Maria berbicara dengan Tuhan tentang anggur yang sudah hampir habis, Tuhan menjawab ibunya dengan mengatakan bahwa waktuNya belum tiba. Selama usia 30 puluh tahun Tuhan Yesus belum pernah membuat mujizat. Apakah ini berarti bahwa Ia tidak bisa membuat mujizat? Saya pikir bukan. Apa yang Tuhan Yesus selalu lakukan ketika Ia menjadi hadir di bumi adalah taat dengan hokum bahkan adat istiadat yang ada di lingkunganNya. Menurut budaya orang Yahudi seorang yang mau menjadi seorang pengajar taurat haruslah berusia minimal 30 tahun. Itulah sebabnya Yesus memulai pelayananNya di usia 30. Sebagai Allah yang menjadi manusia Tuhan Yesus tahu dengan persis kapan harus bertindak dan menyelesaikan setiap masalah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Seandainya Tuhan Yesus langsung membuat anggur yang masih ada itu tidak habis seperti yang pernah Elia lakukan terhadap janda di Sarfat, maka berpikir bahwa para pelayan tidak akan mengerti yang namanya ketaatan. Waktu Tuhan sangat dengan waktu kita. Sifat dasar manusia menginginkan segala sesuatu itu secepatnya terjadi sesuai dengan keinginannya. Tetapi Tuhan ingin melatih hidup kita untuk belajar bersabar, untuk terus berharap kepadaNya, lebih daripada itu Ia selalu ingin setiap anak2Nya taat sekalipun di dalam situasi yang sangat sulit.
Membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Secara akal sehat pasti tidak mungkin air menjadi anggur, dan ini merupakan hukum alam yang ditrima oleh setiap manusia. Tetapi apa yang tidak mungkin bagi manusia, tidak berlaku bagi pekerjaan Tuhan. Mujizat adalah sesuatu yang terjadi bertentangan dengan hukum alam yang ada di sekitar kita. Mujizat ini merupakan peneguhan atas ketuhanan Yesus. Akibat mujizat itu murid2 dikatakan percaya kepadaNya. Anggur yang hampir habis dicukupkan oleh Tuhan Yesus dengan cara yang sangat ajaib. Di dalam hidup kita ini banyak hal yang sepertinya tidak mungkin untuk kita kerjakan. Tetapi ingat bahwa kita tidak berjalan sendirian ada Tuhan yang berkuasa yang senantiasa hadir di dalam kehidupan kita, Ia yang akan bertindak dengan caraNya, untuk menyelesaikan setiap masalah dan beban hidup yang ada pada setiap kita.
Hasilnya
Setelah pemimpin pesta mengecap air yang dicedok dari tempayan itu, ia memberikan pujian. Karena air itu sudah berubah menjadi anggur yang sangat baik kualitasnya. Sehingga setiap orang yang mengecapnya merasakan kepuasan dan mengatakan itu adalah angggur yang terbaik. Saudara apa yang Tuhan siapakan bagi setiap kita adalah pemberian yang terbaik. Untuk itu jangan ada keraguan untuk melangkah di dalan jalan Tuhan karena Ia akan memberikan jawaban yang terbaik untuk setiap permasalahan hidup yang kita alami. Untuk itu kita diminta untuk tetap taat sekalipun kita bingung dan tidak mengerti dengan apa yang Tuhan perintahkan.

Belajar Dari Kesalahan

(Lukas 15:11-32)
Oleh: Joni Pardede
Pendahuluan
Tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak pernah salah ketika mengambil sebuah keputusan. Kita cendrung bertindak dulu baru kemudian berpikir akibatnya adalah penyesalan. Ketika keputusan atau tindakan itu sudah kita lalui dan ternyata kita terlena di dalam kesenangan semata tetapi lama-kelamaan kemudian kehancuranlah yang terjadi apa yang akan kita lakukan? Satu hal yang harus kita ingat bahwa masih ada kesempatan untuk kita memperbaiki diri dari kesalahan yang telah kita perbuat. Dalam renungan kita saat ini kita akan belajar bagaimana anak bungsu yang salah melangkah akhirnya sadar dan bertobat. Pada kesempatan ini mari kita melihat proses yang dialami oleh si bungsu seperti berikut ini.

Hidup dalam keegoisan
Sebagai seorang anak yang baru beranjak dewasa, si bungsu mulai menimbulkan mencari jati diri. Ia ingin bebas dan itu berarti ia tidak mau dikekang oleh berbagai macam peraturan yang ada di rumahnya. Pribadinya yang egois membuat ia merasa selalu ingin menang. Itulah yang menyebabkan ia meminta warisan yang menjadi haknya secepatnya dibagikan (ay 12). Rasa sayang yang mendalam membuat sang ayah pun segera memenuhi keinginan si bungsu. Maka diberikanlah apa yang menjadi bagiannya. Jika kita melihat pada satu kebiasaan di dalam satu keluarga. Biasanya pembagian harta baru bisa dilakukan apabila orang tua sudah meninggal. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si bungsu merupakan tindakan yang kurang ajar. Itu sama halnya menginginkan kematian orang tua secepat mungkin. Keegoisan si bungsu semakin terlihat ketika kemudian menjual semua harta yang sudah ia dapatkan dari ayahnya untuk hidup berfoya-foya dan bersenang-senang bersama dengan teman-temannya. Sampai kemudian hartanya habis dan tidak tersisa sedikitpun.
Apa yang pernah dialami oleh si bungsu mungkin pernah kita alami. Bahkan sifat egois itu sering melanda siapapun. Sehingga tidak jarang kita jumpai di manapun kita berada. Mengapa sering terjadi perselisihan di dalam keluarga? Salah satu penyebabnya adalah keegoisan. Bahkan sekarang terlalu sering kita membaca, melihat di televisi, atau bahkan kita melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana seorang anak membunuh orang tua karena harta. Saudara yang dikasihi Tuhan saya yakin kita semua tidak mau hidup di dalam keegoisan. Tetapi untuk bebas dari keegoisan bukan hal yang mudah. Karena sifat dasar kita adalah manusia berdosa yang tidak pernah puas dan kecendrungan kita selalu ingin menang dan terdepan. Sehingga untuk mencapai hal itu, tidak jarang orang lain yang menjadi korban.
Tuhan pasti menginginkan kita meninggalkan sifat egois. Sebagai orang percaya kita senantiasa merindukan Tuhan mengubah hati dan pikiran kita setiap hari dari hal-hal yang tidak Ia inginkan. Masalahnya adalah maukah kita diubah oleh Tuhan. Tidak ada cara lain untuk lepas dari keegoisan kecuali hanya dengan meminta Tuhan mengubah hidup kita seturut kehendak-Nya.

Mengejar kesenangan duniawi
Harta terkadang membuat seseorang bisa lupa diri dan inilah yang dialami oleh si bungsu. Dengan harta yang dimilikinya ia hidup pesta pora bersama dengan teman-temannya. Sehingga nyaris tidak ada waktu tanpa hidup boros dan berfoya-foya (ay 13). Ia hanya tahu mengahbiskan harta tetapi tidak pernah berpikir betapa orangtuanya berjerih lelah untuk untuk menghidupi dirinya. Dan mengumpulkan harta demi kelangsungan hidupnya di masa mendatang. Akibatnya adalah ia tidak punya rasa bersalah dengan segala tindakannya memboroskan harta.
Saudara, jaman sekarang banyak orang hidup seperti si bungsu. Kesenangan duniawi menjadi impian banyak orang. Kita dapat melihat bagaimana narkoba menjadi sangat marak perkembangannya, dan itu terjadi dimana-mana dan sangat orang yang terjerumus di dalam kenikmatan narkoba. Tetapi akhirnya adalah kehancuran hidup secara perlahan-lahan. Belum lagi dengan miras, gemerlap dunia malam, kumpul kebo. Semua kesenangan yang demikian sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bahkan sudah menjadi kebutuhan bagi orang yang sudah terjebak di dalamnya. Saudara yang dikasihi Tuhan apa yang kita kejar di dalam hidup ini? Ketika Tuhan memberkati hidup kita, apakah kita menggunakannya seperti yang dilakukan oleh si bungsu atau kita menggunakannya untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menolong sesama yang sedang berada dalam kesusahan.

Menyadari kesalahan
Setiap hari berpesta pora maka habislah semua harta si bungsu (ay 14) dan kemudian terjadilah kelaparan yang hebat sehingga banyak orang yang kekurangan makanan termasuk si bungsu. Seharusnya wajar saja jika seandainya teman-teman yang selama ini menemaninya dalam pesta pora menolong si bungsu. Tetapi rupanya mereka hanya menjadi teman ketika si bungsu masih banyak hartanya, dan sekarang hartanya sudah habis maka ia pun ditinggalkan. Penderitaan si bungsu mulai semakain terasa ketika ia tidak mempunyai makanan dan merasa sangat lapar. Akhirnya ia meutuskan untuk bekerja di sebuah peternakan babi (ay 15). Karena sudah sangat lapar ia pun akhirmya memakan makanan babi (ay 16). Orang-orang yang ada di situ tidak seorang pun yang memperdulikan dirinya. Penderitaan yang ia alami rupanya membuat si bungsu kemudian berpikir betapa sulitnya hidup terpisah dari orang tua. Ketika masih bersama orang tuanya ia tidak pernah kekurangan makanan, bahkan mungki ia tidak pernah bekerja. Bahkan orang-orang yang bekerja di rumah ayahnya tidak pernah kekurangan makanan. Ia kemudian menyadari betapa dalam kasih bapanya. Ia ingin kembali menikmati kasih bapanya, tetapi ia merasa tidak layak untuk menjadi anak lagi ia hanya ingin menjadi salah seorang upahan bapanya (17-18).
Saudara ketika kita mengalami berbagai macam kesulitan dan penderitaan hidup oleh karena keegoisan dan tindakan kita yang telah melupakan Tuhan. Ingat akan betapa dalamnya kasih Tuhan membuat kita segera bangkit dari setiap kegagalan. Hanya datang dengan hati yang hancur dan merasa diri tidak layak meminta ampun kepada-Nya dan berharap akan belas kasihan Tuhan itulah cara terbaik untuk bangkit.

Bangkit dari kegagalan
Ketika si bungsu sudah menyadari kesalahannya ia pun segera bangkit dan pulang ke rumah bapanya (ay 20). Kegigihan untuk bertahan hidup dan bebas dari keterpurukan membuat ia kembali menemukan semangat. Tidak perlu menunggu lebih lama dan mengulur waktu untuk mengakui kesalahan. Sikap tidak malu mengakui kesalahan itulah yang diperlihatkan si bungsu
Terkadang kita sering mengulur waktu untuk bangkit dari setiap kegagalan yang alami. Bahkan yang lebih parah adalah kita terkadang malu mengakui kesalahan dan kemudian mencari berbagai macam cara menutupi rasa malu tersebut. Si bungsu mengalami pembentukan karakter di dalam setiap masalah yang ia hadapi dan itu semua membuat ia semakin dewasa. Saudara ketika kita jatuh jangan pernah putus asa. Ingat bahwa masih ada kesempatan untuk kita bangkit dan memperbaiki diri. Ketika kita sudah sadar akan hal itu mari segera bangkit dan kembali kepada Allah.

Musuh Iman Kristen

(Hakim-Hakim 15:1-20

Pendahuluan
Menjadi seorang murid Tuhan bukan berati kita hidup aman dan tanpa perubahan. Ada banyak hal yang harus dikikis dari kehidupan kita. Ketika kita ingin bertumbuh dalam kerohanian kita,ada hal yang merintangi kita. Perintang itulah yang saya sebut sebagai musuh iman. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita akan berbicara mengenai musuh iman. Mungkin kita berkata, “aneh iman kok punya musuh.” Di dalam Alkitab ada seorang tokoh yang dari kandungan sudah menjadi nazir Allah. Nazir berarti orang yang membaktikan diri untuk pelayanan kepada Tuhan, kadang-kadang untuk sementara waktu, kadang-kadang untuk semur hidup. Ia tidak boleh memangkas rambutnya atau meminum air anggur (Mis Bil 6, Hakim-hakim 13:5). Siapakah nazir Allah itu??? Dia adalah Simson. Tetapi dalam kehidupannya sebagai seorang nazir Allah dia mempunyai banyak musuh iman yang justru menghancurkan hidupnya. Apakah musuh iman itu??? Untuk melihatnya mari kita membuka Alkitab kita dari Hakim-Hakim 15:1-20. Di dalam bagian ini ada lima musuh iman yang menyerang kehidupan Simson. Mari kita lihat satu-persatu:

1.Tidak menghargai panggilan Tuhan (p 14)
Simson adalah seorang anak yang sudah menjadi nazir Allah semenjak dari dalam kandungan. Awalnya ibunya adalah seorang perempuan mandul. Tetapi kemudian Tuhan membuka kandungannya dan lahirlah Simson. Bahkan hal itu diberitahukan oleh malaikat Tuhan kepadanya. Ibunya begitu menjaga diri dari hal yang menajiskan ketika masih mengandung Simson. sebagai seorang nazir Allah Simson diberi sesuatu yang istimewa yaitu kekuatan fisik,itu diberikan melalui perjanjian dengan Malaikat Tuhan. Di dalam perjaniian itu dikatakan bahwa kepalanya tidak boleh kena pisau cukur atau dengan kata lain rambutnya tidak boleh dipotong. Kalau itu dilanggar maka kekuatannya akan hilang.Kita dapat memastikan bahwa Simson dibesarkan dengan didikan rohani yang cukup baik. Tetapi walaupun demikian ketika dia dewasa kehidupannya sama sekali tidak mencerminkan kalau dirinya adalah seorang nazir Allah. Dia sudah beberapa kali melanggar hal yang tidak boleh dilakukan seperti: a.menjamah bangkai (14:8)di dalam kitab Imamat orang Israel tidak diperbolehkan untuk menjamah bangkai. Simson telah melangar itu ketika dia menjamah bangkai singa yang dibunuh. itu adalah hal yang najis.b.meminum anggur (sering mengadakan pesta) ini jelas tidak boleh dilakukan oleh nazir Allah.c.Berhubungan seks dengan pelacur. Kehidupan Simson sama sekali tidak mencerminkan panggilannya sebagai nazir Allah. Saudara bagaimana dengan kehidupan kita. Kita adalah orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk masuk ke dalam keselamatan yang sudah Ia kerjakan melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Kematian-Nya yang membenarkan hidup kita yang berdosa untuk kembali kepada Allah. Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk hidup bertanggung jawab untuk setiap perbuatan, perkataan, sikap, juga pikiran kita. Mari kita memeriksa hidup kita sudah seberapa jauh kita menghargai panggilan kita sebagai Anak Tuhan.
2.Hidup egois/tidak mampu mengontrol emosi(14:1-3)
Ketika dia pergi ke Timna,dia tertarik dengan seorang perempuan Filistin dan ingin mengambilnya menjadi istrinya. Padahal orang Israel tidak boleh menikah dengan bangsa nyang tidak mengenal Allah. Orang tuanya sudah memperingatkannya tetapi Simson tidak peduli. Dia egois,apa yang menjadi keinginannya harus dipenuhi apa pun caranya, apa pun resikonya. yang penting dia puas. Simson tidak mampu mengontrol emosi.Segala tindakannya didasarkan dengan kekerasan. Kekuatan fisik yang dia punyai dia gunakan sesuka hatinya untuk kepuasan dirinya sendiri. Saudara kita mengaku diri kita sebagai anak Tuhan. Tetapi mulut kita sering mengeluarkan kata-kata kotor, makian atau tangan dan kaki kita mudah melayang. Pantaskah sifat yang demikian keluar dari hidup kita. Mungkin juga secara sadar atau pun tidak kita sering memperlakukan orang lain secara tidak manusiawi. Kita selalu menuntut hak tetapi kewajiban kita lalaikan. Padahal hal dan kewajiban harus dijalankan dengan seimbang. Ketika Socrates ditanya oleh temannya mengapa dia begitu banyak mempunyai murid-murid yang setia. Socrates mengatakan bahwa dia menyeleksi setiap orang yang datang dan inigin menjadi muridnya.Caranya adalah menyuruh dia pergi ke kolam untuk melihat apa yang ada di sana. Kalau orang kembali dengan mengatakan dia melihat ikan yang sedang berenang maka dia akan diterima, tetapi kalau dia kembali dengan mengatakan dia melihat bayangannya sendiri dia akan ditolak sebagai murid, karena dia sudah mulai menampakkan keegoisan dirinya. Mari kita mengontrol emosi kita, kita mengoreksi diri kita apakah orang-orang yang disekeliling kita itu melihat kita sebagai penghuni Sorga atau penghuni neraka. Buah-buah Roh harus keluar dari kehidupan kita, karena itu merupakan salah satu tanda kita bertumbuh di dalam iman.

3.Bersifat kekanak-kanakan(15:1-5)
Ketika istrinya perempuan Timna itu diberikan ayahnya kepada orang lain,Simson kembali mengumbar emosinya. Dia membakar ladang orang Filistin dengan memakai anjing hutan yang ekornya diikat dengan obor yang menyala. Bukankah perilaku ini adalah tindakan anak-anak. Begitu juga ketika dia memberi teka-teki siapa yang bisa menjawab akan dikasih hadiah.habis melakukan itu dia bersembunyi. Dan ketika dia didatangi oleh orang Yehuda dia menjawab seperti mereka memperlakukan aku demikian juga aku memperlakukan mereka. sifat kekanak-kanakan terus dia perlihatkan dalam hidupnya. Saudara bagaimana dengan kehidupan kita. Sudahkah kita meninggalkan sifat kekanak-kanakan kita Bukankah kita sering bertindak seperti anak-anak. Ketika disakiti pasti langsung membalas, melihat banyak aturan di tempat kerja atau di sekolah kita cendrung untuk memprotes dan ingin keluar, melihat orang lain berhasil kita iri. Saudara sifat kekanak-kanakan itu dapat menghambat pertumbuhan rohani kita. Kita bukan anak-anak lagi. Kita tidak minum susu lagi tetapi makanan keras. Saudara mari kita tinggalkan sifat kekanak-kanakan yang ada pada kita

4.Menyalahkan Tuhan (15:8)
Simson tidak pernah bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepadanya.Segala tindakannya tidak didasarkan atas pertimbangan. Ketika dia selesai mengalahkan orang Filistin dia memprotes Tuhan dengan mengatakan “Masakan aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak bersunat itu”. Hanya karena haus Simson menyalahkan Tuhan. Dia ragu akan pemeliharaan Allah dalm hidupnya. Bukankah hal yang sama sering kita lakukan dalam hidup kita. Ketika kita mengalami hal yang tidak menyenangkan di hidup, pekerjaan, rumah tangga, kita memprotes Tuhan. Kita sering mengatakan Tuhan seharusnya tidak begini. Ini adalah suatu tindakan yang salah. Ketika ditempatkan di tempat yang tidak mengenakkan, penuh kesulitan, ketika rekan –rekan kerja adalah orang yang tidak kita senangi kita katakan Tuhan salah menempatkan saya di tempat seperti ini. Saudara siapakah diri kita sehingga kita berani memprotes Tuhan. Kalau kita menyadari diri kita, siapakah kita di hadapan Tuhan. Kita adalah orang yang tidak layak, hidup kita begitu tercela, tetapi oleh karena kemurahanNya Dia masih berkenan mengangkat kita menjadi anak-anakNya. Ini merupakan suatu anugrah yang sungguh luar biasa. Marilah kita belajar untuk mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan buat di dalam kehidupan kita.

5.Mengumbar hawa nafsu(16)
Simson tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dia memuaskan hasratnya dengan para pelacur. Ini adalah tindakan yang sangat tidak patut dilakukan oleh seorang nazir Allah. Dapat kita katakan bahwa yang menghancurkan kehidupan Simson adalah ketidak mampuannya untuk mengendalikan hawa nafsunya. Beberapa kali dia menghampiri pelacur. Sampai akhirnya dia bertekuk lutut di hadapan Delila.sesuai dengan namanya Delila yang berarti genit demikian jugalah orangnya. Saudara Simson yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa kini menyerah di tangan seorang perempuan. Ketika Delila merengek-rengek di hadapannya agar dia memberitahukan kelemahannya dikatakan bahwa simson tidak dapat lagi menahan hatinya,sehingga ia mau mati rasanya (16:16). Simson terlena dengan air mata Delila hatinya luluh. Padahal ribuan orang dia bisa kalahkan hanya dalam sekejap saja kini seorang perempuan yang menangis dia tidak bisa mengatasinya. Ada begitu banyak orang hebat yang jatuh karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Bahkan dikalangan rohaniwan pun sering terjebak dalam hal yang sama, yang pernah dialami oleh Simson. Begitu juga dengan Raja Daud, Salomo jatuh dalam hal yang sama. Bagaimana dengan kehidupan kita mampukah kita mengendalikan diri dari segala godaan yang menerpa kita atau malah kita terlena sehingga kita terjatuh. Sudahkah kita mampu mengendalikan diri kita???
Saudara kita telah melihat ada lima musuh iman yang sering menyerang kehidupan kita sebagai hamba Tuhan. Mari kita mengoreksi diri kita berapa banyak dari kelima musuh iman itu yang ada pada diri kita. Apakah kita punya 1,2,3 atau kita punya semuanya. Saya akan menutup renungan kita dengan suatu cerita. Suatu hari ada benih benalu yang berkata kepada pohon mangga”saya kuatir bahwa angin akan membawaku terbang jauh, bolehkan aku tinggal di bawah kulit-kulit rantingmu?Supaya aku dapat berlindung dengan aman. Tinggallah dengan aman sahut pohon mangga. Pohon mangga tidak tahu jika tanunya yang kecil itu ternyata amat bahaya. Benalu itu kemudian mulai menancapkan akarnya di bawah kulit pohon mangga itu. Akhirnya pohon mangga mulai kesakitan. Dia berkata apa yang kau lakukkan benalu menjawab aku hanya benih kecil yang kau ijinkan tinggal di rantingmu yang kuat.lama-kelamaan Benalu itu semakin berkembang. Pohon mangga itu berkata menyinggirlah dariku. Benalu itu berkata kita sudah tumbuh bersama saya tidak bisa meninggalkanmu lagi,saya akan membunuhmu jika lepas darimu. Pohon mangga berusaha menggoyangkan rantingnya agar benalu itu lepas,tetapi usahanya sia-sia saja.Benaluitu tumbuh semakin kuat. Daun pohon mangga itu mulai menguning,kemudian layu dan akhirnya mati. Demikian juga dengan kehidupan iman kita. Kalau kita memberikan kesempatan kepada musuh iman untuk menancapkan akarnya dalamkehidupan kita,maka benih itu akan berkembang menjadi besar dan mematikan rohani kita. Tuhan memberkati.

Iman Yang Bertumbuh

(Yohanes 3:1-2)
Siapakah Nikodemus?
Nikodemus adalah seorang pemimpin agama Yahudi, dia adalah seorang Farisi yang taat. Arti nama ’Nikodemus’ adalah: penakluk, pemenang, yang merebut hati rakyat. Dari arti namanya saja sudah terlihat bagaimana ’posisi’ Nikodemus di masyarakat Yahudi saat itu. Dia adalah seorang tokoh yang terpandang, dikagumi, dan dihormati. Sekalipun mempunyai posisi yang tinggi di tengah masyarakat ia, tidak sombong, ia rendah hati dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran. Ia tidak mudah untuk mempercayai sesuatu hal yang terjadi tanpa menyelidiki dan mempelajarinya terlebih dahulu. Sebagai seorang pemimpin agama Yahudi, ia mempunyai sikap yang berbeda dari kebanyak pemimpin pada masa itu. Nikodemus terbuka dengan apa yang Yesus sampaikan. Keterbukaannya inilah yang membuat dia akhirnya menemui Yesus dan berdialog. Langkah berbeda yang diambil Nikodemus itu justru menuntun imannya kepada Yesus. Bukti2 yang menunjukkan iman Nikodemus bertumbuh yaitu:

Datang menemui Yesus.
Tentu karena alasan-alasan manusiawi berkaitan dengan posisi dan jabatan yang disandangnya pada waktu itu. Ia adalah seorang guru agama Yahudi, itu berarti dia punya banyak murid dan pengikut. Dan kita ketahui dengan jelas bahwa orang2 Yahudi tidak suka dengan kehadiran Yesus dan ajaran2Nya. Jadi dapat kita katakan bahwa Nikodemus menghindar dari orang banyak untuk dapat bertemu dengan Yesus. Maka dari itu, suasana malam hari paling cocok untuk dapat berbicara banyak hal dengan Yesus.
Tidak bisa disangkali bahwa Secara pribadi, Nikodemus pasti merasakan suatuketertarikan dengan apa yang telah didengarnya dari orang-orang tentang segala hal yang diperbuat Yesus! Dia pasti telah mengetahui bagaimana Yesus mengadakan mujizat saat pesta nikah di Kana tentang air menjadi anggur, juga tanda-tanda lain yang telah Yesus nyatakan. Dia tidak hanya mendengar saja namun juga mengadakan survey/pengamatan secara mendalam, terbukti dengan pernyataannya, ”...kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." (Yohanes 3:2) Sekalipun demikian, Nikodemus belum berani mengambil resiko untuk menerima status sebagai ’murid Yesus’ dan menyatakannya secara terbuka. Itu sebabnya dia mendatangi Yesus secara diam-diam pada malam hari. Ini karena posisinya sebagai seorang guru. Ia bisa dibenci dan dianggap berkhianat oleh para pemimpin agama yahudi jika langsung menjadi murid Yesus. Sebagai seorang guru tentu Nikodemus adalah orang yang bijaksana di dalam bertindak. Ia tidak terburu-buru, tetapi sungguh menanti waktu yang tepat untuk membuktikan iman percayanya kepada Tuhan Yesus.
Perjumpaan secara rahasia malam itu sangat berkesan bagi Nikodemus. Dia menjadi pribadi yang tergugah untuk terus ’mencari jawaban’ dari ayat-ayat dalam Alkitab (pada waktu itu hanya ada Perjanjian Lama)! Walaupun dalam praktiknya dia belum berani menjadi ’murid Yesus’ secara resmi dan terang-terangan, kata-kata dan jawaban Yesus telah merubah kehidupannya. Tuhan ingin agar dengan paradigma baru yang diperolehnya melalui ’lahir baru’, Nikodemus boleh menyampaikan keselamatan kekal dalam Tuhan Yesus Kristus kepada orang-orang lain, terutama kepada rekan-rekan sebangsanya. Inilah maksud sebenarnya Yesus menyampaikan kalimat Yohanes 3:16 kepada Nikodemus.
Tidak ada catatan khusus dalam Alkitab tentang perjalanan iman Nikodemus setelah dia meninggalkan Tuhan Yesus pada malam itu. Namun dalam dua poin selanjutnya tentang Nikodemus ini, kita diyakinkan bahwa dialog yang dilakukannya bersama Yesus malam itu sangat mempengaruhi kehidupan-nya dan berperan penting dalam menentukan langkah hidupnya di kemudian hari.
Saudara apa yang membuat kita datang menemui Tuhan Yesus? Jawabannya adalah karena kita ingin Tuhan melawat hidup kita, karena kita ingin menyembah Dia, karena kita ingin mendengar sabdaNya berbicara kepada kita secara pribadi. Imanlah yang membuat kita rindu untuk datang menghampiri hadirat Tuhan. Kita meninggalkan segala macam kesibukan, pekerjaan, dan berbagai macam kesenangan hanya untuk bersekutu dengan Tuhan Yesus. Satu hal yang sangat pasti bahwa perjumpaan pribadi kita dengan Tuhan Yesus, itu akan mempengaruhi hidup kita. Dan bisa dikatakan bahwa itulah babak baru di dalam kehidupan kita. Ada seorang pemuda bernama Agustinus, ia seorang pemuda berandalan. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat beriman dan takut dengan Tuhan dan hidup di dalam ajaran agama yang taat. Tetapi sayangnya hal itu tidak ada di dalam diri Agustinus. Masa mudanya banyak dihabiskan dengan seks bebas, sampai ia kemudia mempunyai anak dari hubungannya. 
Agustinus merupakan anak yang paling populer dari keempat anak Monica. Agustinus termasuk salah seorang genius yang pernah lahir ke dunia ini. Dia dibesarkan secara Kristiani oleh ibunya, namun pada masa-masa remaja dan awal masa dewasa ia menyimpang dari ajaran yang benar dan mengikuti seleranya sendiri. Ia jatuh pada penyembahan. Hidupnya menjadi gelap dan ia menikmati itu. Ia senang dengan cara hidup yang gelap tersebut. Di samping sangat menyenangi cara hidup yang tak bermoral, ia juga begitu sombong dengan kepintarannya.
Ibunya begitu sedih dengan kenyataan tersebut. Namanya selalu hadir dalam doa ibunya. Monica tak bosan-bosannya berdoa untuk pertobatan anak kesayangannya tersebut. Ia bahkan rela bermati raga demi pertobatan Agustinus. Akhirnya doanya dikabulkan. Agustinus bertobat. Ia menyadari bahwa ajaran Kristenlah ajaran yang benar, tak ada yang lain. Tak lama setelah menjadi Uskup, Agustinus dengan sukses membawa kembali banyak orang yang sempat tersesat kembali ke ajaran yang benar. Ia berhasil membawa orang kembali ke pangkuan Gereja, tubuh mistik Kristus. Agustinus juga begitu terlibat mempertahankan ajaran Gereja dari para pembangkang. Ia berjuang menjaga kemurnian ajaran yang benar. Ia ikut melawan ajaran Donatist, Pelagian, dan Arian (kelompok-kelompok tersesat).

Berani Membela Yesus di depan umum
Saat Yesus akan ditangkap oleh imam-imam dan orang-orang Farisi, Nikodemus muncul memberikan pembelaan kepada Yesus (Yohanes 7:41-44, 50-52). Tindakannya ini bukan tanpa tantangan karena dia ditantang oleh teman-temannya untuk melakukan pemeriksaan di dalam ayat-ayat kitab suci untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah seorang nabi, apalagi sebagai Mesias (Kristus). Rupanya dalam kalangan imam-imam dan orang-orang Farisi pun terjadi perdebatan dan perpecahan terkait dengan hal menentukan ’siapakah Yesus’.

Pasti Nikodemus telah menyelidiki ayat-ayat kitab suci sesuai arahan Yesus pada malam itu sehingga dia mulai berani membela Yesus di depan umum. Itu sebabnya dia yakin secara pribadi bahwa Yesus bukanlah Orang yang dapat dihukum tanpa ditanyai terlebih dahulu apa jawaban-Nya. Seperti Nikodemus pada waktu lampau, teman-temannya hanya melihat Yesus sebagai seorang manusia biasa dan ini yang menyebabkan timbulnya perbantahan. Atas tantangan teman-temannya tersebut, Nikodemus pasti kembali menyelidiki kitab suci secara utuh. Tuhan ingin agar kita menyelidiki Alkitab secara utuh.

Kita percaya bahwa Nikodemus akhirnya semakin yakin bahwa Yesus adalah Mesias setelah dia menyelidiki kitab suci secara utuh. Dia pasti menemukan bukti bahwa Yesus dilahirkan di kota Betlehem sesuai dengan nubuatan firman Tuhan. Memang saat itu hanya para gembala yang menyaksikan kelahiran-Nya. Sekitar dua tahun kemudian orang-orang Majus juga menjumpai Anak Yesus dan menyembah-Nya. Dan setelah itu Yesus dibesarkan di kota Nazaret, daerah Galilea. Faktor ke-nabi-an Yesus dikaitkan dengan kota di mana Dia dibesarkan inilah yang menjadi pemicu teman-teman Nikodemus membenci Yesus!
Namun Nikodemus telah berubah; dia bukan lagi pribadi yang diam-diam menjumpai Yesus tetapi mulai menyatakan pendapat dan pembelaannya terhadap Yesus secara nyata walaupun saat itu dia masih belum berani menyatakan pribadi Yesus yang sesungguhnya, yaitu Anak Allah, Juruselamat umat manusia. Apa yang kita lakukan saat kita melihat orang-orang di sekitar kita melakukan tindakan yang memusuhi/membenci pribadi Yesus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat umat manusia? Apakah kita ’berdiam diri’ demi keamanan kita atau kita melakukan suatu ’pembelaan’ demi nama Tuhan seperti yang dilakukan Nikodemus?
Saudara bagaimana dengan kehidupan kita, ketika kita sudah beriman kepada Yesus, maka mau tidak mau tuntuntannya adalah kita harus berani mengakui Yesus di hadapan orang banyak. Mungkin ada keluarga kita yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, ketika kita berkumpul dengan mereka mampukah kita bersikap seperti Nikodemus yang terang-terangan menyatakan imannya. Tetapi satu hal yang pasti kita harus sungguh melakukannya dengan hikmat Tuhan.

Mengurus kematian Yesus
Coba renungkan sebentar apa yang tertulis dalam Yohanes 19:38-42. Di manakah Petrus yang menyatakan ’rela mati bersama Yesus’? Juga Andreas, Filipus, dan murid-murid lainnya pada saat itu? Mereka tidak ada! Mereka melarikan diri saat Yesus mengalami proses kematian di kayu salib! Saat salib dinyatakan, bukankah seringkali umat Kristiani malah menyembunyikan diri karena takut sakit ’daging’-nya? Saat Yesus mati di atas kayu Salib, justru dua orang murid-Nya yang sebelumnya tidak mau menyatakan diri secara terang-terangan malah dengan berani menampilkan diri untuk mengambil mayat Yesus, mengafaninya, membubuhinya dengan rempah-rempah, dan menguburkannya. Nikodemus tampil dengan memberikan rempah-rempah untuk me-laksanakan ’proses’penguburan Yesus sesuai dengan adat orang Yahudi. Murid Yesus lainnya adalah Yusuf dari Arimatea, seorang yang berkedudukan pada waktu itu. Yusuf dari Arimatea inilah yang meminta kepada pemerintah waktu itu untuk diberi ijin menurunkan mayat Yesus!
Mereka tidak banyak menghabiskan waktu untuk bersama dengan Yesus, tetapi kemudia merekalah yang mengurus penguburan Yesus. Mereka berkorban secara materi untuk mempersiapkan rempah untuk pemakanam Yesus. Imannya kepada Yesus membuat Nikodemus selalu ingin memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Salib Kristus telah membuat mereka berani menyatakan diri sebagai pengikut Kristus. Bagaimana dengan praktik hidup kita sebagai ’murid Yesus’? Apakah kita berani tampil seperti Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea? Tampil pada saat Yesus dikaitkan dengan ’salib’, dengan ’kematian-Nya’ dan dengan ’korban-Nya’?
Tuhan telah menyatakan cinta kasih-Nya kepada Nikodemus tanpa memedulikan ’latar belakang’ atau ’bagaimana cara’ Nikodemus datang kepada-Nya. Semua jawaban Tuhan Yesus telah menjadi ’Pekerjaan Rumah (PR)’ bagi Nikodemus untuk direnungkan dan dicari jawabannya pada ayat-ayat Kitab Suci hingga pada kisah berikutnya, Nikodemus berani ’tampil’ untuk membela pribadi Yesus (yang dia tahu dan yakin Tuhan Yesus tidak bersalah) serta melakukan penghargaan atas korban-Nya di atas kayu salib.
Akhirnya kita dapat melihat dari waktu ke waktu iman Nikodemus semakin bertumbuh dan ia semakin membuktikan dirinya sungguh2 mencintai Tuhan Yesus. Saudara bagaimana dengan hidup kita? Sudahkah iman kita juga semakin hari semakin bertambah dan semakin  mencintai serta mengutamakan Yesus di dalam hidup kita?? Mari kita jawab pertanyaan ini di dalam hati kita masing2.