Jumat, 12 November 2010

Pemeliharaan Allah Di Saat Sulit

 (1 Raja-Raja 17:1-6)

Pendahuluan
          Tahun 2009 dunia dikagetkan dengan krisis global yang datang dari Amerika Serikat. Imbasnya hampir semua bidang kehidupan terkenan dampak dari krisis tersebut. Krisis yang terjadi menimbulkan gelombang PHK yang sangat,,,banyak pabrik dan perusahaan yang tutup sehingga banyak orang yang kehilangan pekerjaan.  Dan satu hal yang tidak dapat kita pungkiri adalah bertambahnya angka kejahatan dan tindakan kriminal.
          Melihat setiap peristiwa yang sudah terjadi, saya memberikan satu kesimpulan bahwa ini merupakan disiplin dari Tuhan atas segala macam dosa yang diperbuat oleh umat manusia yang semakin hari semakin bertambah jahat. Di beberapa Negara yang notabenenya Negara Kristen seperti Belanda, Prancis, Jerman, Inggris, dan juga Amerika Serikat terjadi penurunan moral yang sangat drastis. Seks bebas adalah kehidupan yang sudah biasa, dan sekarang sudah disahkannya pernikahan homoseksual. Kekristenan mengalami penurunan, di dunia barat banyak gereja yang kosong dan akhirnya dijadikan museum. Kita mengamini Firman Tuhan bahwa setiap ada dosa maka di situ ada penghukumam inilah yang namanya keadilan.  Seperti yang saya katakan di awal bahwa krisis yang terjadi sekarang adalah penghukuman Tuhan atas dosa umat manusia. Jika kita melihat kembali apa yang pernah terjadi dengan penghukuman Allah atas dosa Sodom-Gomora, Nuh dengan air bah. Itu semua penghukuman atas dosa..
          Di dalam teks yang 1 Raja-Raja 17:1-5 terjadi peristiwa yaitu kemarau panjang melanda Kerajaan  Israel. Pada masa itu yang menjadi raja adalah Ahab. Di dalam masa pemerintahannya bangsa Israel jatuh ke dalam berbagai macam dosa. Penyembahan berhala terjadi di mana-mana sehingga bangsa Israel semakin jauh dari Tuhan. Mereka terus melakukan perbuatan yang sangat dibenci Tuhan. Ahablah yang membawa mereka untuk menyembah berhala. Melihat dosa yang diperbuat bangsa Israel, maka Tuhan mengutus Elia untuk menemui Ahab untuk menyatakan penghukuman atas dosa yang mereka perbuat. Elia langsung menjatuhkan vonis bahwa tidak akan terjadi hujan kecuali Elia mengatakannya. Maka terjadi kemarau panjang yang lamanya kira-kira tiga tahun setengah dan sudah bisa ditebak terjadilah krisis air. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita bahkan di saat situasi paling sulit sekalipun. Oleh karena itu kita akan merenungkan satu tema yaitu pemeliharaan Allah di saat sulit. Bukti-bukti pemeliharaan Allah yaitu:

Menyediakan tempat berlindung (ayat 1-3)
          Saat kemarau terjadi sudah pasti krisis air. Kita dapat membayangkan bagaimana situasi di Timur  Tengah yang sebagian besar adalah padang  pasir. Udara pasti sangat panas, tanaman layu dan akhirnya mati demikian juga dengan binatang karena tidak memperoleh makanan. Ini merupakan masa yang sangat sukar. Karena kemarau yang terjadi lamanya tiga tahun setengah, suatu masa yang cukup lama. Situasi seperti ini bukan hanya kekurangan air, tetapi juga bahan makanan. Kalaupun ada makanan bagaimana cara mengolahnya jika tidak air. Kita  mungkin mampu bertahan beberapa hari tanpa makan, tetapi sulit untuk bertahan jika tanpa air. Air adalah unsur yang vital bagi kehidupan manusia.
Ketika terjadi kemarau, biasanya juga dibarengi dengan datangnya berbagai jenis penyakit. Di tengah situasi yang demikan Elia sang nabi Tuhan pasti sangat menderita. Apakah Tuhan  membiarkan Elia menderita??? Tidak. Justru di tengah situasi yang demikian Allah menyuruh Elia untuk pergi ke tepi sungai Kerit (ayat 3). Mengapa Tuhan menyuruh pergi ke tepi sungai??? Jawaban sederhana yaitu supaya Elia tidak kesulitan air. Tetapi lebih dari itu Allah ingin menyatakan kuasa pemeliharaan-Nya. Singkat cerita Elia pun pergi ke tempat yang Tuhan suruh. Di tepi sungai Kerit untuk sementara Elia tidak kekurangan air karena tinggal di tepi sungai dan sudah pasti airnya cukup banyak.
Apa kesulitan yang kita alami sekarang???Masih mampukah kita terus hidup di dalam Tuhan, beriman kepada Tuhan. Kita harus meyakini bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk menolong orang-orang yang Dia kasihi yaitu saudara dan saya. Ingatlah selalu akan janji-Nya bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita berjalan sendirian. Dia Allah yang Immanuel, Allah yang selalu beserta dengan kita. Kapanpun dan dimanapun kita berada. Dia akan menuntun kita ke tempat perteduhan seperti yang sudah Ia lakukan terhadap Elia. Marilah kita menyerahkan hidup kepada Allah dan hidup mengandalkan Dia.


Mencukupkan segala kebutuhan (ayat 4)
Masa kemarau panjang yang dihadapi Elia tidak hanya menimbulkan kesulitan air tetapi juga makanan.  Jika kita baca ayat selanjutnya diceritakan bahwa saking lamanya kemarau air di sungai Kerit menjadi kering. Elia yang kini tinggal di tepi sungai kerit tentu membutuhkan makanan. Tetapi darimana ia harus mendapatkan makanan??? Saudara masalah makanan Elia itu menjadi urusan Tuhan. Pada akhirnya kita dapat melihat bagaimana cara Tuhan mencukupkan kebutuhan Elia. Sungguh sangat ajaib. Yaitu dengan memakai burung gagak untuk membawa roti dan daging. Bagian ini kita lihat di pembahasan selanjutnya.
Saudara saya yakin bahwa kita pun seringkali mengalami berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup. Mungkin sekarang kita bergumul dengan keluarga, ekonomi yang semakin susah, pekerjaan, atau pun tantangan lain yang datang silih berganti. Satu-satunya sandaran kita adalah hanya pada Tuhan saja. Jikalau dulu Elia mengalami masa yang cukup sukar ditolong Tuhan, maka Tuhan yang sama pun akan menolong kita dari berbagai macam beban dan pergumulan yang sekarang kita hadapi. Milikilah hubungan yang akrab dengan Tuhan sehingga kita dapat menemukan apa yang Tuhan mau  kita lakukan. Dia Allah yang kita sembah adalah Yehova Jire Allah yang selalu senantiasa mencukupi kebutuhan hidup kita. Jika kita mempunyai dosa yang belum dibereskan segera bereskan supaya tidak menjadi penghalang berkat Tuhan bagi hidup kita.
Saya ingin menceritaka satu peristiwa tentang seorang pendeta di China yang dipenjara selama beberapa tahun. Karena banyak penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di China, maka banyak di antara mereka yang ditangkap. Dan yang paling diburu adalah para pendeta. Ada seorang pendeta yang ditangkap kemudian dipenjarakan. Di dalam penjara dia tidak diberi makan. Tetapi di dalam keadaan yang demikian ia terus berdoa meminta pertolongan Tuhan. Ketika ia sudah sangat menderita kelaparan di dalam penjara, ia terus meyakini bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkannya. Di penjara tempat ia berada banyak tikus yang sering mengambil makanan di gudang dan melewati penjara di mana ia berada. Satu malam ketika tikus itu lewat dengan  membawa roti, tiba-tiba roti yang sedang digigitnya terjatuh persis di depan si pendeta. Malam kedua juga terjadi hal yang sama, malam ketiga juga terjadi bahkan sampai berbulan-bulan. Roti yang jatuh itu kemudian dimakan oleh si pendeta sehingga ia tidak mati kelaparan. Dan hal itu menimbulkan rasa heran dari para penjaga. Saudara saya meyakini bahwa ini salah satu cara Tuhan menjaga hambanya dari kelaparan.
Pernahkah kita merasa kekurangan di dalam hidup kita??? Atau pernahkah kita mengalami kesulitan hidup tetapi justru Allah berkarya secara nyata. Sehingga kita terlepas dari kesulitan hidup yang kita alami. Mari kita terus bersandar kepada Allah dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.
         
Menolong dengan cara yang ajaib (ayat 5-6)
          Di depan kita sudah membahas bahwa di dalam kondisi kemarau panjang Elia tidak kekurangan air. Sekarang kita akanm melihat bagaimana cara Tuhan mencukupkan makanannya. Sebagai Allah yang mahakuasa, Allah menolong Elia dengan cara yang sangat ajaib yaitu melalui burung gagak yang membawa daging dan roti. Setiap pagi dan petang (ayat 6). Ada sesuatu yang sangat menarik terjadi pada burung gagak. Pertama burung gagak adalah jenis burung yang dianggap haram, tetapi justru Allah memakainya untuk memelihara Elia. Kedua, burung gagak adalah jenis burung yang memakan daging, tetapi sekarang malah membawa daging untuk dimakan oleh Elia. Ketika saya merenungkan ini, sungguh membuat saya  kagum akan kebesaran Allah, dengan cara yang Ia kerjakan ketika menolong Elia. Cara kerja tidak bisa kita selami. Timbul satu pertanyaan yang juga mengapa Elia mengalami pertolongan yang sangat ajaib??? Jawabannya adalah karena Elia taat pada semua yang Tuhan  ia kerjakan (ayat 5).
          Kembali pada pertolongan ajaib yang dialami Elia, ini memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan cara di dalam menolong kita. Dunia ini milik Tuhan termasuk hidup kita. Hanya untuk mencukupi kebutuhan dari setiap hamba-Nya itu kecil buat Tuhan. Saya tidak tahu kesulitan yang saudara alami, tetapi satu hal yang saya yakini bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk menolong saudara dari beban hidup.  Kiranya pemeliharaan yang telah Allah lakukan terhadap Elia dapat menghibur setiap kita. Jangan pernah ragu untuk mempercaya Tuhan Yesus, karena Dia adalah Allah yang hidup, yang selalu memperhatikan setiap anak-anak-Nya. Sungguh kita adalah orang-orang yang berbahagia karena dijaga, dipelihara, dan selalu disertai Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian, Soli De Gloria.

Sabtu, 06 November 2010

Kesombongan Rohani



                  Lukas 18:9-14
            Menurut kamus bahasa Indonesia kata sombong berarti menghargai diri secara berlebihan. Akibat dari penghargaan diri sendiri adalah memandang rendah orang lain. Kesombongan identik dengan selalu mengandalkan kekuatan diri sendiri.  Kesombongan adalah salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Tuhan.  Bahkan Tuhan tidak segan2 untuk menghukum orang2 yang menyombongkan dirinya. Contohnya adalah raja Herodes yang sedang berpidato dengan menyebut dirinya adalah Tuhan, lalu dihukum Tuhan dengan sambaran petir. Selain Herodes di dalam Alkitab orang2 Farisi adalah orang2 yang selalu tampil dengan kesombongan.  Mari kita lihat lebih dalam tentang orang2 farisi.
             Ciri2 kesombongan rohani (Orang Farisi)
            Orang farisi yang sedang berdoa itu ternyata seorang yang sangat sombong. Berkaitan dengan kesombongan rohani maka ada beberapa ciri yang dapat kita lihat.  
Menganggap diri benar.
Kesombongan rohani dimulai dengan sikap menganggap diri benar.  Kaum Farisi digambarkan sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti.  Dengan kepatuhannya terhadap hukum tertulis dan hukum lisan semakin membuat orang ini merasa dirinya manusia sempurna. Dalam gulungan naskah-naskah Laut Mati, kaum Farisi dikatakan sebagai kaum yang suka mencari dan memerhatikan hal-hal yang sangat kecil (ingat peristiwa bagaimana orang2 farisi menegur murid2 Yesus yang makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu).   Mereka menjadi pengamat pelaksanaan hukum yang sangat teliti, karena mereka memiliki kerangka berpikir bahwa Allah mencintai orang yang taat hukum  dan menghukum yang tidak patuh. Ketika melihat orang lain menderita mereka biasanya langsung memberikan vonis bahwa orang tersebut  menderita karena dosa. Ingat peristiwa Yesus menyembuhan seorang buta, menurut orang Farisi orang yang buta itu karena dosa.
Menurut para ahli, kaum Farisi adalah perkembangan dari kelompok Hasidim.  Kelompok Hasidim adalah kelompok yang menganggap diri mereka sebagai orang beragama yang saleh.   Karena mereka menganggap dirinya saleh, maka Kelompok Hasidim memisahkan diri dari orang biasa. Mereka membentuk satu komonitas dan selalu membawa pemisahan. Orang Farisi sering mengkritik Tuhan Yesus karena sering berkumpul dengan orang2 berdosa dan para pemungut cukai.
Menurut kitab Talmud   orang Farisi dibagi ke dalam beberapa tipe.  Ada jenis orang Farisi yang menyombongkan kebaikan-kebaikannya.  Ada juga orang Farisi yang memalingkan wajahnya untuk menghindari melihat perempuan.   Ada orang Farisi yang sering mengangguk-anggukan kepalanya seolah-olah bijaksana.  Ada orang Farisi yang menghitung kebaikannya,  Ada orang Farisi yang mematuhi Allah karena takut.  Ada orang Farisi yang mematuhi Allah karena mengasihi Allah.
Dalam kaitannya dengan kehidupan kita. Di saat kita mengangga diri benar, maka kita harus berhati2 karena kita sudah masuk di dalam satu zona kesombongan. Ingat bahwa status kita di hadapan Tuhan adalah manusia yang sangat berdosa dan sangat tidak layak. Dilihat dari segi keadilan yang paling pantas untuk orang2 berdosa adalah hukuman. Kekristenan hancur ketika orang2 kristen menganggap dirinya benar. Inilah yang pernah terjadi di India. Tentu kita pernah mendengar cerita bagaimana seorang tokoh nasional India bernama Mahatma Gandhi sangat mengagumi ajaran2 dari Tuhan Yesus. Setiap hari ia pergi, maka buku wajib yang dibawanya adalah Alkitab perjanjian baru. Beberapa kali Gandhi ingin pergi ke gereja, tetapi penerima tamu selalu mengusirnya. Hal itu membuat Gandhi sangat kecewa. Ia mengatakan seandainya orang2 kristen hidup seperti kristus, maka dunia ini akan dipenuhi oleh kekristenan. Orang2 kristen yang dilihat oleh Gandhi tidak menjadi berkat karena kesombongannya.
Dalam kaitannya dengan gereja. Salah masalah yang terus terjadi di Indonesia adalah setiap gereja menganggap dirinya benar, dan menganggap gereja yang lain salah.  Jika ada gereja yang sampai sekarang masih punya anggapan yang demikian, maka itulah gereja yang sombong. Seorang pendeta yang sangat terkenal dari bernama John Wesley juga terjebak dengan pola piker ini. Dia menganggap gereja yang ia dirikan yaitu gereja Metodis adalah satu2nya gereja yang paling benar. Sepintas kehidupan orang2 metodis pada waktu memang sangat menonjol. Mereka hidup saleh dan kesalehan orang2 metodis sangat terkenal di daratan Eropa pada masa itu. Tetapi satu ketika John Wesley bermimpi pergi ke surga dengan ditemani oleh seorang malaikat Tuhan. Sesampainya di surga John Wesley melihat ada banyak orang. Lalu ia bertanya kepada malaikat yang membawanya ada di sini orang presbiterian, dengan santai malakai menjawab tidak ada, (orang kharismatik, orang pantekosta, orang baptis). Lalu dengan muka penasaran dia bertanya adakah orang2 metodis. Malaikat pun tetap menjawab tidak ada. Lalu dengan penuh ketegangan dia kembali bertanya lalu dari gereja mana orang2 yang di surga itu, malakat menjawabnya dengan mengatakan bahwa orang2 yang di surge adalah orang2 yang percaya kepada Tuhan Yesus. John Wesley terdiam lalu kemudian ia menyadari bahwa tidak ada gunanya menganggap gerejanya yang paling benar.
Isi doanya memuji diri sendiri
            Ciri kesombongan rohani berikutnya dapat kita lihat dari isi doa yang dipanjatkannya. Seharusnya doa dipanjatkan untuk memuji kebesaran Allah, karena ia adalah raja atas semua ciptaan. Sehingga segala puji, hormat, dan kemulian hanya untuk Tuhan. Apakah doa yang berisikan pemujaan terhadap Allah ada di dalam doa orang farisi ini? Sama sekali tidak.  Kita kata2 di dalam doanya.
Aku tidak sama seperti semua orang lain. Ingat pola pikir orang farisi, mereka sangat memandang rendah orang lain. Dan bangga dengan hidupnya sendiri yang sedemikian saleh dan tanpa cacat.
Bukan perampok. Hidupnya saleh sudah pasti jauh dari yang namanya perampokan.
Bukan orang lalim. Lalim identik dengan sifat keras kepala yang disertai dengan kebodohan dan pikiran yang sempit.
Bukan pezinah. Hukum farisi jika ada orang yang ketahuan berbuat zinah maka harus dirajam dengan  batu sampai mati. Ingat peristiwa seorang perempuan yang hendak dilempar batu di dalam kita Yohanes.
Bukan juga seperti pemungut cukai ini. Sekarang orang farisi ini dengan terang2an menunjukkan sikap tidak sukanya dengan pemungut cukai, sehingga ia membandingkan hidup.
Aku berpuasa dua kali seminggu. Menurut ajaran Tuhan Yesus, jika kita berpuasa, maka haruslah memakai minyak sehingga tidak dilihat dan tidak ketahuan kita sedang berpuasa. Dengan kata lain lakukan puasa denga tersembunyi sehingga tidak diketahui orang lain. Jika kehidupan puasa digembar-gemborkan maka itulah kesombongan.
Aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilan.  Setiap kita wajib untuk memberikan perpuluhan dan persembahan tetapi harus dengan kerelaan hati. Tuhan Yesus menyampaikan etika di dalam member yaitu, apa yang diberikan oleh tangan kanan tidak boleh diketahui oleh tangan kiri. Dengan kata lain saat kita memberi untuk pekerjaan Tuhan tidak perlu memberitahukan kepada semua orang. Cukuplah kita sendiri yang tahu.
            Itulah isi doa orang farisi yang memegahkan dirinya sendiri. Melihat doa yang demikian Tuhan Yesus berkata bahwa orang farisi yang meninggikan dirinya di hadapanh Allah, akan direndahkan dan doanya tidak dijawab oleh Tuhan.
Pemungut Cukai
Pemungut Cukai (dalam bahasa Yunani publicani) adalah istilah yang digunakan bagi orang yang bertugas mengumpulkan pajak dari masyarakat Yahudi untuk diserahkan kepada pemerintahRomawi di Palestina sekitar abad pertama.  Dengan demikian, pemungut cukai adalah petugas pajak, dan merupakan salah satu jenis pekerjaan di masyarakat Yahudi waktu itu.  Akan tetapi, profesi pemungut cukai dipandang buruk oleh masyarakat Yahudi di sekitar mereka, bahkan cenderung dibenci oleh rakyat.  Alasan dibencinya para pemungut cukai setidaknya ada tiga:
1.Ditariknya pajak dibenci oleh rakyat sebab memberatkan mereka
2.Pemungut cukai menarik pajak untuk pemerintah Romawi yang dianggap musuh oleh rakyat
3.Cara yang digunakan para pemungut cukai sangat kejam dan tidak adil
Seorang pemungut cukai bukanlah orang sembarangan, sebab mereka perlu memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung. Selain itu, mereka perlu memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang, baik pejabat pemerintahan maupun rakyat biasa. Karena mereka berasal dari masyarakat, mereka dituntut untuk tidak terlalu menindas rakyat mereka sendiri namun sekaligus menghindari dari pejabat pemerintah yang korup. Meskipun demikian, para pemungut cukai tetap dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Yahudi, apalagi jika pemungut cukai terlalu berlebihan dalam menarik pajak untuk memperkaya diri mereka sendiri.
Menyadari dirinya sebagai orang berdosa.
 Pemungut cukai datang ke hadapan Tuhan dengan hati nyang hancur karena ia sadar akan hidupnya yang sangat berdosa. Ketika ia berdoa, ia sujud dan merasa dirinya tidak layak untuk berdiri dan mengkat tangannya. Bahkan ia memukul dirinya, karena begitu dalam penyesalannya akan dosa. Ia berduka dan sangat sedih, hatinya hancur. Saat kita datang ke hadapan Tuhan, maka satu hal yang harus kita sadari yaitu kita adalah orang berdosa. Kita tidak alasan untuk meninggikan diri.
Meminta pengampunan dari Tuhan.
            Setelah menyadari kalau ternyata dirinya adalah manusia yang sangat berdosa, pemungut cukai tersebut berharap Tuhan mengampuni dosa2nya. Tidak cukup baginya untuk sadar akan dosa. Kesadaran akan dosa harus diikuti dengan kemauan untuk membereskan dosa. Di sekeliling kita saya yakin banyak orang yang sadar akan kesalahannya, akan dosa2nya. Tetapi sedikit yang mau memperbaiki diri dari kesalahan dan dosa yang sudah diperbuatnya.
            Akhirnya kita bisa melihat bagaimana Allah menerima doa pemungut cukai dan kemudian membenarkannya. Mari kita dating ke hadapan Tuhan dengan sikap hati yang menyadari keberdosaan kita dan mari kita terus meminta Tuhan yang memperbaharui hati kita. Soli Deo Gloria.