Rabu, 29 September 2010

Makna Penderitaan Dalam Iman Kristen

Ayub 1-2
            Ada satu fakta  yang sering terjadi dan bahkan pernah kita lihat, kita dengar  di sekitar kita dan terkadang kita alami di dalam kehidupan sendiri yaitu seringkali orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan tetapi malah hidup dengan berbagai macam penderitaan. Dengan fenomena ini wajar jika bertanya mengapa Tuhan membiarkan anak-anakNya menderita. Bukankah Allah Mahakuasa, Mahatahu, dan Maha segala-galanya. Tetapi mengapa Tuhan diam dan seolah-olah tidak berbuat apa-apa. Jika kita melihat di dalam Alkitab pun banyak anak-anak Tuhan yang menderita orang-orang Kristen di masa gereja mula-mula setiap hari diperhadapkan dengan maut, bahkan sepanjang perjalanan sejarah gereja ribuan anak-anak Tuhan selalu penuh dengan penderitaan. Benarkah Tuhan diam dan tidak peduli serta membiarkan anak-anakNya menderita? Menjawab pertanyaan ini mari kita mendalami kehidupan seorang tokoh Alkitab yang sangat terkenal yaitu Ayub.
Siapakah Ayub?
            Untuk mengetahui siapakah Ayub mari kita kehidupannya dari beberapa sisi sehingga kita mendapat gambaran yang jelas dan gamblang.  
Segi Sosial. Ayub adalah orang yang sangat saleh, jujur serta ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Dari catatan Alkitab kita tidak mendapat cacat dari kehidupan Ayub. Saya berani menyimpulkan kalau Ayub juga seorang yang sangat dermawan, karena ia mempunyai banyak budak dan sejumlah pekerja. Secara logika kita berpikir jika seseorang yang mempunyai banyak usaha dan banyak orang yang mau menjadi pekerjanya itu karena bosnya baik dan mungkin setiap bulan diberi bonus-bonus istimewa. Mungkin saja dia juga seorang donator yang sering member sumbangan-sumbangan yang tidak sedikit jumlahnya.
Segi harta. Ayub adalah seorang yang sangat kaya di daerah Us. Ia mempunyai  memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:3). Tidak salah jika memberi dia julukan konglomerat pada zaman itu. Jika bandingkan dengan kehidupan beberapa orang sekarang, ada orang yang kaya karena korupsi dan ini marak terjadi di Indonesia. Sebut saja Gayus Tambunan yang mempunyai harta sebanyak 77 milyar dari hasil korupsinya.
Segi  Rohani. Ayub hidup di dalam kerohanian yang sangat kuat. Ini terbukti dari caranya yang selalu mempersembahkan korban kepada Allah. Ia menjalankan fungsi imam dari satu keluarga dengan tanpa cacat cela. Setiap hari ia selalu berdoa kepada Allah dan terus meminta pengampunan dan pengudusan untuk semua keluarganya. Karena ia takut jika anak-anaknya melakukan dosa, itulah sebabnya ia sendiri dengan penuh kerendahan hati dating kepada Tuhan.
Segi keluarga. Dari segi keluarga Ayub juga diberkati dengan  tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan (Ayub 1:2). Dari jaman dahulu sampai sekarang kehadiran anak di tengah keluarga sangat penting. Karena anak adalah lambang dari berkat Tuhan atas satu keluarga. Nah Ayub sungguh sangat diberkati  bukan? Banyak keluarga sekarang yang bercerai karena tidak bisa mempunyai keturunan. Banyak kasus perselingkuhan terjadi juga karena tidak bisa mempunyai keturunan.
            Dari keterangan di atas Ayub nyaris menjadi manusia yang tanpa kekurangan. Sungguh bahagia jika hidup seperti Ayub. Namun apa yang Ayub alami ternyata sangat diluar dugaan kita. Ia ditimpa musibah beruntun. Mari kita lihat satu-persatu musibah yang menimpa hidupnya.

Musibah pertama, para gembala Ayub diserang oleh orang-orang Syeba (Ayub 1:15). Orang-orang Syeba tidak hanya membunuh para gembala tetapi juga menjarah ternak yang sedang mereka gembalakan.
Musibah kedua, gembala dan ternaknya disambar api dari langit (Ayub 1:16). Ini merupakan peristiwa yang sangat mengerikan yang pernah saya baca.
Musibah ketiga, orang-orang Kasdim menyerang dan membunuh para gembala dan menjarah semua ternak yang sedang mereka gembalan (Ayub 1:17).
Musibah keempat, anak-anak Ayub yang sedang berpesta diterpa angin puting beliung yang menhancurkan rumah mereka dan lebih tragis lagi mereka meninggal tertimpa reruntuhan rumah (Ayub 1:19).
Musibah kelima, Ayub terkena penyakit kulit yang sangat kronis sehingga dari kaki sampai kepalanya membusuk (Ayub 2:7).
Musibah keenam, Ayub diejek dan disuruh untuk menyangkal Tuhan bahkan mungkin saja ditinggalkan oleh istrinya (Ayub 2:9). Sayang sungguh sayang   istrinya  adalah orang sangat dekat dan harus memberikan dukungan dan semangat tetapi malah membuat Ayub semakin tertekan.
            Ayub yang begitu kaya, tiba-tiba menjadi miskin dan kehabisan harta benda dan anak-anaknya hanya dalam kurun waktu beberepa jam. Jika Ayub adalah seorang pengidap penyakit jantung saya yakin waktu mendengar setiap demi laporan yang isinya adalah kabar duka secara beruntun Ayub pasti terkena serangan jantung dan pada akhirnya meninggal di tempat. Seandainya Ayub adalah seorang yang mengidap hipertensi saya setelah mendengar kabar itu, dia tidak akan jauh dari strok. Jika orang yang selalu kuatir, dia mungkin saja pingsan di tempat. Saudara jika kita mengalami musibah beruntun seperti yang terjadi menimpa Ayub apakah reaksi kita?? Mungkin tidak jauh-jauh dari yang saya di atas. Jantungan, strok, pingsan, atau bahkan meninggal. Saudara tentu kita masih ingat dengan satu peristiwa yang menggemparkan di beberapa tahun yang lalu di Amerika Serikat tepatnya waktu krisis global. Seorang pria  membunuh istri dan lima anaknya sebelum menembak kepalanya sendiri. Aksi itu diduga akibat si pria tidak sanggup menahan beban ekonomi yang teramat berat. Pembunuhan keluarga itu terjadi di sebuah rumah di Wilmington, kawasan pinggiran Los Angeles, California, Selasa (27/1). Pria yang teridentifikasi sebagai Irvine Lupo itu diduga lebih dulu menembak istri lalu secara bergiliran kelima anaknya. Terakhir, Lupo melesakkan peluru ke kepalanya. Lupo mengaku, ia dan istrinya baru saja dipecat dari pekerjaan teknisi kesehatan. Disebutkan juga, perempuan itu menyarankan agar membunuh anak-anak mereka lalu bunuh diri. “Mengapa harus meninggalkan anak-anak dengan orang asing? Kami menganggur dan anak-anak di bawah delapan tahun tidak punya tempat tinggal. Jadi inilah kami. Oh Tuhanku, tidak adakah harapan bagi anak janda?” Selain pasangan suami istri itu, polisi menemukan dua bocah laki-laki kembar berusia 2 tahun, gadis 5 tahun kembar, dan seorang gadis 8 tahun. Saudara kita melihat bahwa betapa mengerikannya rekasi seseorang yang kehilangan harapan pada saat mengahadapi masalah hidup.
Melihat respon Ayub yang langsung mengoyakkan jubahnya dan sujud berlutut di hadapan Tuhan lalu menyadari bahwa semua yang dia punya berasal dari Tuhan  dan bahkan ia memuji Tuhan ini sungguh merupakan satu teladan hidup yang sangat sangat indah. Sebagai orang yang dekat dengan Tuhan dan setia beribadah dan selalu senantiasa menyembah Allah dalam hidupnya itulah yang membuat Ayub tidak ragu memuji Tuhan dan selalu berpikiran positif. Bagaimana dengan kita?
            Dibalik semua penderitaan yang Ayub alami memberikan kita pelajaran tentang penderitaan. Kita semua pasti mengamini bahwa Tuhan pasti merancang kebaikan di dalam hidup kita. Walau kadang banyak hal tidak kita mengerti, dalam banyak hal kesulitan, tantangan, musibah, kegagalan dan lain sebagainya kita tahu bahwa itu semua berada di dalam kendali Tuhan. Kembali ke hidup Ayub mari kita makna dari penderitaan yang Ayub alami.

Arti dari penderitaan adalah seperti berikut:
1.      Penderitaan dipakai Allah untuk menguji iman.
            Sebagai seorang anak Tuhan yang sangat taat beribadah dan menyembah Tuhan iman Ayub perlu ujian. Selama hidupnya Ayub tidak pernah mengalami tantangan dan masalah dari mana pun. Ini terjadi karena Tuhan selalu menyertai dan memberkati setiap hal yang Ayub kerjakan. Lebih dari itu semua, karena juga selalu mengedepan sikap hidup yang jujur. Sehingga tidak heran usahanya maju pesat. Di dalam kondisi yang serba aman, hidup enak, usahanya diberkati dan nyaris semua hal yang dijalaninya berjalan dengan baik rasanya tidak terlalu sulit untuk hidup di dalam ucapan syukur dan terus setia kepada Tuhan. Karena tidak ada yang membuat Ayub meragukan kuasa Tuhan. Nah iman itu sekarang diuji dengan penderitaan. Kita dapat melihat bahwa semua yang Ayub punyai hilang dalam waktu sekejap mata.
            Dengan semua musibah yang dialaminya itu, kita tahu bahwa Ayub tetap setia kepada Tuhan. Rasanya tidak jika menyebut Ayub berhasil dengan baik melewati ujian terhadap imannya. Terbukti ia tetap memuji Tuhan dan menyadari bahwa semua yang ia miliki adalah semata-mata titipan dari Tuhan. Sehingga kapan saja Tuhan mau mengambilnya Ayub sudah mempersiapkan mentalnya.
 Saudara kisah Ayub ini memberikan kita pelajaran penting bahwa  Tuhan selalu ingin menguji kualitas iman kita.  Ujian yang dipakai Tuhan bermacam-macam. Pertama kita melihat bagaimana Allah menguji iman Ayub dengan harta, kesuksesan dan rasa aman. Jika melihat sekarang beberapa orang tertentu ketika melihat usahanya maju pesat terkadang lupa dengan kebaikan Tuhan sehingga waktunya dihabiskan untuk mengurus harta dan yang paling parah lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Karena setiap hari sibuk dengan berbagai macam urusan dan bisnis. itulah sebabnya sering kita mendengar dan menyaksikan sendiri bahwa dering hp lebih penting dari firman Tuhan yang sedang diberitakan. Tidak sedikit orang yang menjadi  kaya kemudian merasa hidupnya tidak membutuhkan Tuhan. Ayub ternyata bukan orang yang gila harta, ia tetap sadar bahwa Tuhan adalah segala-galanya, jauh di atas kekayaannya. Bagaimana dengan kita? Ketika hidup kita aman, nyaman, dan nyaris semua hal yang kita kerjakan sukses. Mampukah kita untuk tetap setia mengikut Tuhan atau justru kita mulai mengesampingkan Tuhan?
Kedua Allah kemudian menguji iman Ayub dengan mendatangkan malapetaka dan musibah beruntun seperti yang sudah kita lihat pembahasan sebelumnya.  Dengan musibah yang dialaminya apakah Ayub meninggalkan Tuhan? Tidak. Tidak sama sekali. Ayub justru menyembah Tuhan dengan sikap sujud. Di dalam penderitaan yang dialaminya iman Ayub tidak goyah. Banyak orang mampu bertahan ketika dicoba dengan segala macam kesuksesan, kemewahan dan juga rasa aman, tetapi yang mampu bertahan dengan kondisi sulit sangat sedikit. Hanya orang yang dekat dengan Tuhan yang sungguh dapat mempercayakan hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Saudara tentu kita masih ingat dengan satu peristiwa yang sangat tragis terjadi di Amerika Serikat di awal krisis global sekitar 2 tahun yang lalu. Seorang bapak yang dipecat dari pekerjaannya membunuh anaknya, istrinya, kemudian ia bunuh diri. Mengapa ini terjadi? Karena pria tersebut tidak mampu menghadapi kenyataan ia harus dipecat dari pekerjaannya. Pikirannya sempit, dipecat dari pekerjaan, dia piker tamatlah sudah semuanya. Dia tidak menggantungkan hidupnya kepada Tuhan. Itulah sebabnya ia tidak memiliki harapan akan haris esok. Sangat menyedihkan nasib orang-orang yang seperti ini. Pekerjaan menjadi segala-galanya, sehingga ketika pekerjaan hilang ia pun putus asa dan menyerah untuk menjalani hidup. Ia lupa dengan Tuhan yang penuh kuasa. Mari kita memahami bahwa Allah menguji iman kita tidak hanya dengan kekayaan, kemakmuran, dan rasa aman serta hidup penuh dengan berkat tetapi juga dengan penderitaan dengan demikian kita tetap teguh di dalam iman percaya kita kepada Tuhan Yesus yang kita sembah.

2. Penderitaan dipakai Allah untuk mempermalukan iblis.
            Satu hal yang harus kita sadari ketika membaca kisah Ayub bahwa iblis ternyata dipakai Allah untuk mendatangkan penderitaan Allah. Pekerjaan iblis selalu mendatangkan berbagai macam penderitaan bagi manusia. Iblis mendustai manusia, mendakwa manusia dengan dosa, mendiami, dan merasuki seseorang inilah yangs sering ditemui oleh Yesus semasa pelayananNya di bumi. Di dalam kisah Ayub ini waktu terjadi dialog antara iblis dengan Allah, menurut iblis Ayub menjadi orang yang setia karena pertolongan Tuhan dalam beberapa hal seperti berikut:
Pertama, rasa aman (Ayub 1:10). Di dalam pandangan iblis adalah wajar jika Ayub teguh beriman kepada Tuhan, karena Tuhan yang melindungi dan memagari rumahnya dari berbagai macam marabahaya. Ayub dapat hidup dengan tenang, aman, dan tanpa gangguan apa pun dari pihak luar. Iblis meminta kepada Tuhan untuk tidak lagi memberikan rasa aman, maka Ayub akan meninggalkan Tuhan.
Kedua, berkat di dalam pekerjaan (Ayub 1:10). Argumentasi kedua dari iblis yaitu Ayub bertahan dan setia kepada Tuhan karena hidup dan pekerjaannya diberkati oleh Tuhan. Dengan kata lain jika Tuhan  tidak memberkati hidupnya, Ayub tidak akan menyembah Tuhan.
            Dengan kedua alasan itu, iblis kemudian meminta Tuhan untuk mencabut berkatNya dari kehidupan Ayub dan tidak lagi memberi perlindungan maka Ayub pasti akan meninggalkan Tuhan. Kita  melihat bahwa ternyata iblis selalu berusaha untuk menjatuhkan iman dari setiap anak-anak Tuhan.  Akihrnya kita melihat bahwa Tuhan kemudian mengijinkan iblis menjalankan rencananya untuk mendatangkan penderitaan bagi Ayub. Tetapi satu hal yang harus kita pegang teguh bahwa iblis sama sekali tidak berkuasa atas nyawa Ayub. Apa yang diperbuat iblis di dalam hidup Ayub terjadi karena ijin Tuhan. Sepintas kita melihat bahwa iblis sukses menghancurkan semua yang Ayub miliki yaitu harta dan keluarga serta tubuh Ayub sendiri. Di dalam kejadian ini kita melihat bahwa Tuhan memakai iblis untuk menguji iman Ayub. Itu berarti semua kekuasaan ada di tangan Tuhan. Termasuk pekerjaan setan pun dikendalikan oleh Tuhan. Pada akhirnya apa yang disampaikan oleh iblis tidak terjadi. Setelah iblis menghancurkan kehidupan Ayub, Ayub ternyata tetap memegang iman percayanya kepada Tuhan. Ini dapat kita lihat dari sikap Ayub pada bagian berikut “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut” (Ayub 1:20-22).
            Kemenangan ada dipihak anak Tuhan yang tetap setia sekali pun hidupnya hancur, sekalipun secara manusia sangat menderita, sekali pun semua yang dipunyainya hilang dengan cara yang sangat menyakitkan. Allah kemudian mempermalukan iblis dengan menunjukkan bahwa  Ayub tetap tegar dan terus berdiri teguh di dalam imannya. Saudara ingat bahwa Tuhan berpihak kepada anak-anakNya dan tidak membiarkan iman kita digoyahkan oleh pekerjaan iblis. Di dalam penderitaan yang kita alami,kita tetap setia kepada Tuhan, maka iblis dipermalukan.

3. Penderitaan dipakai Allah untuk menyatakan kuasaNya.
            Prinsip kebenaran berikutnya adalah di dalam penderitaan yang Ayub alami justru kuasa dan pemeliharaan Allah semakin nyata. Ingat bahwa iblis hanya dapat menghancurkan hal-hal yang lahiriah tetapi tidak dapat mengganggu iman dan nyawa yang diberikan Allah. Di dalam penderitaan yang Ayub alami, nyawa dan keselamatan Ayub sama sekali tidak terancam, tetapi semakin aman di dalam perlindungan Allah. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh rasul Paulus di dalam Roma 8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
            Hidup di dalam Tuhan berarti kita berjalan di dalam anugrah berlimpah. Walau pun kita menderita oleh berbagai macam hal tetapi Allah tidak membiarkan kita melangkah sendirian. Semakin kita menderita maka semakin kuasa Allah menjadi sangat nyata kita rasakan. Allah tidak meninggalkan Ayub sendirian. Ia hadir, Ia menopang, Ia menguatkan bahkan senantiasa menghibur.  Saya yakin kita semua pernah diperhadapkan dengan berbagai macam masalah dan penderitaan, bukankah di saat-saat seperti itu kita benar-benar merasakan bahwa Tuhan itu sungguh teramat baik dan selalu hadir di hidup kita. Allah mempunyai ribuan cara untuk menolong dan memelihara hidup kita. Mari bersikap seperti Ayub ketika menghadapi permasalahan, terus memuji Tuhan, hidup di dalam ucapan syukur dan selalu punya keyakinan bahwa kehendak dan cara kerja  Tuhan adalah yang terbaik bagi hidup kita.

2 komentar: